Shafa Al Anshor Travel Umrah & Haji Khusus
Bersama Kami ... InsyaAlloh Perjalanan Ibadah Lebih Menentramkan Hati ... Ijin Kemenag RI D/443 & D/601 Tahun 2013
Jumat, 26 September 2014
Sabtu, 06 September 2014
JAMAAH CALON HAJI MENINGGAL SEBELUM HAJI TDK USAH KHAWATIR
Jeddah (Sinhat) -- Kepala Daerah Kerja (Daker) Jeddah, Ahmad Abdullah
Yunus, memastikan calon jamaah haji yang meninggal dunia akan
dibadalhajikan. Calon jamaah haji tersebut juga mendapatkan dua asuransi
dari Garuda Indonesia dan Kemenag.
"Sebagai pertanggungjawaban pemerintah melalui Kemenag, calon jamaah haji ini tetap akan dibadalhajikan," ujar Ahmad kepada Tim Media Center Haji (MCH) Jeddah, di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Konsep badal haji adalah jamaah haji yang meninggal dunia akan digantikan hajinya oleh orang lain yang sebelumnya sudah pernah berhaji. Nantinya keluarga dari almarhum akan mendapatkan sertifikat badal haji.
Sesuai ketentuan, Daker Jeddah akan menunggu proses terbitnya Certificate of Died (COD) atau surat keterangan resmi meninggal dunia dari dokter bandara yang diketahui dan dibenarkan dokter Kloter.
Setelah menerima berkas COD, Kadaker akan mengirimkan surat ke KJRI di Jeddah untuk mendapatkan SKCK atau surat pernyataan pemakaman. Dengan surat ini, keluarga jenazah akan menerima pernyataan untuk dimakamkan di Arab Saudi dan mendapatkan dua asuransi.
Asuransi pertama dari Garuda Indonesia senilai Rp 100 juta, dan asuransi kedua dari Kemenag senilai biaya haji atau sekitar Rp 35 juta.
Sementara, Wainah, istri calon jamaah haji yang meninggal dunia, mengakui suaminya memiliki riwayat sakit jantung. Namun, tiga hari sebelum berangkat ke Jeddah, suaminya justru terlihat sehat.
Sebaliknya, dirinya sedang sakit. "Suami saya baik-baik saja sebelum berangkat ke Jeddah," katanya, sambil sesenggukan dan dipapah petugas untuk duduk di kursi roda.
Sebelumnya, seorang jamaah haji asal Solo meninggal dunia dua jam sebelum mendarat di Bandara International King Abdul Aziz Jeddah, Arab Saudi, Kamis (4/9/2014) siang waktu Arab Saudi.
Almarhum diketahui bernama Rusdi bin Said dari Embarkasi Solo Kloter 7 dengan penerbangan GA-6003 dengan nomor duduk 363 dengan nomor paspor A5663653. Ia lahir di Tegal, 20 Desember 1962.(mch/ar)
"Sebagai pertanggungjawaban pemerintah melalui Kemenag, calon jamaah haji ini tetap akan dibadalhajikan," ujar Ahmad kepada Tim Media Center Haji (MCH) Jeddah, di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Konsep badal haji adalah jamaah haji yang meninggal dunia akan digantikan hajinya oleh orang lain yang sebelumnya sudah pernah berhaji. Nantinya keluarga dari almarhum akan mendapatkan sertifikat badal haji.
Sesuai ketentuan, Daker Jeddah akan menunggu proses terbitnya Certificate of Died (COD) atau surat keterangan resmi meninggal dunia dari dokter bandara yang diketahui dan dibenarkan dokter Kloter.
Setelah menerima berkas COD, Kadaker akan mengirimkan surat ke KJRI di Jeddah untuk mendapatkan SKCK atau surat pernyataan pemakaman. Dengan surat ini, keluarga jenazah akan menerima pernyataan untuk dimakamkan di Arab Saudi dan mendapatkan dua asuransi.
Asuransi pertama dari Garuda Indonesia senilai Rp 100 juta, dan asuransi kedua dari Kemenag senilai biaya haji atau sekitar Rp 35 juta.
Sementara, Wainah, istri calon jamaah haji yang meninggal dunia, mengakui suaminya memiliki riwayat sakit jantung. Namun, tiga hari sebelum berangkat ke Jeddah, suaminya justru terlihat sehat.
Sebaliknya, dirinya sedang sakit. "Suami saya baik-baik saja sebelum berangkat ke Jeddah," katanya, sambil sesenggukan dan dipapah petugas untuk duduk di kursi roda.
Sebelumnya, seorang jamaah haji asal Solo meninggal dunia dua jam sebelum mendarat di Bandara International King Abdul Aziz Jeddah, Arab Saudi, Kamis (4/9/2014) siang waktu Arab Saudi.
Almarhum diketahui bernama Rusdi bin Said dari Embarkasi Solo Kloter 7 dengan penerbangan GA-6003 dengan nomor duduk 363 dengan nomor paspor A5663653. Ia lahir di Tegal, 20 Desember 1962.(mch/ar)
Jumat, 05 September 2014
KEGIATAN JAMAAH HAJI DI MADINAH
Madinah (Sinhat) -- Seluruh jemaah haji yang berada di Madinah selama hampir 9 hari akan terkonsentrasi di masjid Nabawi untuk melakukan Arbain. Saat ini sudah lebih dari 9.000 lebih jamaah haji Indonesia berada di Madinah. Dari pantauan selama di Masjid Nabawi sudah ditemukan beberapa jamaah tersesat karena kehilangan teman dan tempat sandalnya dan lupa jalan menuju hotel tempatnya menginap serta sakit.
Seperti ditemui MCH, usai salat Magrib di Masjid Nabawi, dua orang kakek-kakek jemaah dari embarkasi Lombok bingung mencari sandal dan tempat penginapannya, terlebih lagi kakek tersebut tidak fasih berbahasa Indonesia dan terpisah dari rombongan. Seperti diketahui, banyak sekali pintu di Masjid Nabawi, namun setiap pintu memiliki nama dan nomor dan tempat sandal selain di dalam masjid juga ada di samping pintu-pintu besar tersebut yang serupa.
Setelah dibimbing petugas, kedua jamaah haji itu pun dipertemukan dengan jemaah lain yang berasal dari Lombok dan berada dalam satu hotel meski kloternya berbeda. Kedua jemaah selanjutnya melaksanakan Salat Isya. Kasus serupa menimpa dua jemaah berusia lanjut yang berasal dari Palembang, kedua jemaah tersebut lupa rute ke hotel tempatnya menginap, namun akhirnya keduanya dipertemukan dengan jemaah lain dari Palembang dan dalam kloter sama.
Selain jemaah tersesat di Masjid Nabawi, ditemukan jemaah sakit bernama Soepardi jemaah haji dari embarkasi Medan karena penyakit yang dideritanya kambuh, ia mengeluh tangan kirinya sakit dan susah berdiri juga terpisah dari isterinya. Seorang jemaah haji asal Malaysia yang memberitahu petugas dan setelah melakukan koordinasi dengan petugas sektor khusus di Masjid Nabawi, jemaah tersebut ditangani oleh tenaga medis dan dibawa posko sektor khusus yang berada di sekitar toilet 10.
Sementara itu, Kamis (4/9) pagi ini ada lagi jemaah haji yang nyasar semalaman. Jamaah haji yang berasal dari Brebes itu tidak makan sejak Isya dan selanjutnya dibawa ke kantor Daker Madinah atau Kantor Misi Haji Indonesia di Madinah. Setelah makan pagi jemaah tersebut diantar ke pemondokannya.
Mengantisipasi kondisi ini, petugas haji harus berisaga penuh memantau, mengamankan dan memastikan tidak ada jamaah yang nyasar, dan untuk selalu berkoordinasi dengan petugas lain.
Ditekankan Ketua Daker Madinah Nasrullah Jassam yang mengimbau semua PPIH Daker Madinah bagian keamanan untuk menjaga jamaah. Setiap ada laporan keluhan dan gangguan keamanan jamaah harus segera direspons dan ditangani cepat.
Langganan:
Postingan (Atom)